Minggu, 16 Mei 2010
Pelangi Sesudah Hujan
Aku menyukai hujan..
Ibuku kadang mengeluh karena besarnya hujan..dia mengeluh karena sandalnya selalu basah.. dan tapalnya terkena lumpur saat melintasi pasar..
Ayahku juga..lapangan golf akan becek, dan ia tidak bisa bermain karenanya..
Kakakku juga iya, dia bilang, mobilnya akan kotor jika ia menjemput istrinya ditempat les...
Tapi aku suka, dan beruntungnya aku, Falih, pacarku, juga menyukainya.
kami selalu memandangi butiran air yang jatuh dari langit itu sambil bercanda..
menyanyi atau bermain piano, atau membuat roti bakar.
Aku selalu tersenyum jika hujan datang, hujan memang dingin, tapi itu hebatnya..
tapi, aku tak habis pikir, aku sudah menyukai hujan sejak umur 6 tahun, berarti sudah 10 tahun Aku suka hujan, aku selalu punya kenangan indah saat hujan, apalagi saat bertemunya hatiku dengan hati Falih, membuat hujan semakin spesial, dan kini..hujan memberiku kenangan pahit.
Sekarang hujan deras, tapi aku dan Falih tidak bersama menikmati keindahannya. Sekarang, aku seakan mengikuti hujan, mataku, mengeluarkan air, bercucuran, ya! singkat kata, aku mengangis, aku menangis, sejak 2 jam yang lalu, sejak aku mendengar ibuku menjerit, dan ketika aku melihat ibuku melempar vas bunga ke arah ayahku, dan mengenainya, kepala ayah berdarah, dan itu semua lengkap ketika ibu langsung berlari pergi, ke luar, dan ayah mengejarnya, hingga kini mereka belum kembali. ini sudah ke-2 kalinya.
Di lantai ruang tamu, aku rasa, darah ayah masih berbekas, begitu pula pecahan vas bunga yang dilemparkan ibu, aku memang anak bungsu, semua kasih sayang, dari ayahku, ibuku, kakakku, nenekku, kakekku, pamanku, tanteku, sepupuku bahkan kakak iparku, seolah hanya untukku, aku selalu menerima apa yang aku mau, aku selalu melihat ibu dan ayah baik-baik saja, tapi kini, sekarang aku tahu, semua itu hanya topeng, untuk, melindungi hati dan perasaan mereka, yang mungkin sudah tidak saling bersama, searah.
Aku sudah dewasa, beberapa minggu lagi, usiaku tepat 17 tahun, dan aku mengerti apa yang terjadi, kemarin malam, ayahku pulang dengan kondisi mabuk dengan pakaian yang acak-acakan, dia melantur tentang nama, nama seorang wanita, "Rani..". ucapnya sambil terhuyung, kontan, ibu marah, sudah jelas sudah semua dan telepon yang masuk ke rumah kami dan ke ponsel ayah, ternyata ayah sudah menikah lagi, tanpa sepengetahuan kami, dan ternyata omongan tetangga terdengar makin jelas, tentang sosok ayah yang berjalan dengan wanita muda saat malam, dan perginya uang dari rekening ayah ke rekening yang ibu sendiri tidak tahu itu rekening siapa. Awalnya itu semua hanya sebuah siluet, ayah adalah orang yang amat hangat, amat bersahaja, dan mungkin itu semua hancur ketika setan itu datang dan menghancurkan, tidak hanya, hidup ayah, tapi hidup kami sekeluarga.
Hmmm, mungkin karena itu juga, teman-temanku, sebagian dari mereka, menjauhiku, dan karena itu juga sekarang tangisanku makin kuat, makin lirih. Dikala hujan aku sendiri dan menangis.
Tapi..
Ponselku berbunyi, ada telepon masuk, dan itu dari 'payungku', Falih.
"Fit, kamu lagi dimana?". Nada bicara Falih agak panik.sambil sesenggukan aku menjawab.
"dikamar".
"sendiri?".
"e'eh". dari seberang, terdengar suara helaan nafas.
"aku kesana, sekarang". Aku tidak bisa mencegah, pertama, karena aku tak sempat, kedua, karena, sejujurnya aku membutuhkannya.
beberapa menit kemudian, Falih datang, aku melihat mobilnya masuk dengan cepat, dan seketika, dia telah sampai dikamarku, dia langsung memeluk tubuhku dari belakang, aku mendengar gemeretak gigi Falih, badannya gemetar, kemejanya basah, begitu juga rambut cepak Falih, basah kuyup, masih ada air yang mengalir diwajanya, dia memelukku erat sekali. Tangisanku makin keras, ingin sekali aku mengeluarkan semuanya, tapi Falih belum memberikanku kesempatan berbicara. Tangannya mengelus rambutku, dan matanya kin beradu dengan mataku, saling berpandangan.
"lupain semuanya, jangan nangis lagi...". ujarnya lirih.
"hati aku sakit, Lih..".
"lupain, tolong, masih ada aku, masih ada kakakmu, masih ada keluargamu yang lain..".
"mereka penting bagiku Lih..". falih menganggukan kepalanya, dia tersenyum kecil memandangiku.
"aku tahu, dan mulai sekarang, jika mereka tidak bisa lagi untukmu, aku yang akan menganggantikan mereka!". tangisanku agak mereka mendengar ucapan Falih. aku menyenderkan kepalaku di-dadanya, hidungku mengenai lehernya, wangi tubuh Falih masih jelas tercium meski dia sudah basah kuyup. aku masih menangis, meski tak sekeras tadi.
"tolong jangan menangis lagi, akan aku berikan apapun yang bisa kuberikan padamu, tapi jangan menangis lagi, ya?, sayang?". Falih mengecup keningku.
"aku mencintaimu". detik itu juga, perasaanku menjadi lebih baik, air mataku surut, hatiku lega, dan hujanpun berganti dengan indahnya pelangi.
Tapi..badanku makin nyaman menyender di dada Farid. meski badanya basah kuyup, tapi hatiku hangat sekali berada didekatnya. aku juga mencintaimu Falih.
koreksi ya?! =D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar:
Posting Komentar
if you like my article or writing.
please leave me your comment for supporting me to write better.
thanks:D